Van Peursen: Strategi Kebudayaan Mengubah Tatanan Peradaban

rangga cahyoml
4 min readNov 10, 2019

--

Siang tadi, ada jam tambahan untuk kelas pengantar kebudayaan yang dibawakan oleh Papa Nandho M.Sn dosen kece kita. Hal yang dibahas mengenai teori kebudayaan yang dikemukakan oleh Caornelis Anthonie Van Peursen dalam bukuya yang berjudul “Strategi Kebudayaan”.

Artikel saya kali ini, akan mereview pembelajaran tadi siang yang berlangsung di roman cafe, mengenai strategi kebudayaan dalam pradigma Papa Nandho dan beberapa tambahan dari perspektif saya.

Dalam bukunya, Van Peursen membagi kebudayaan menjadi tiga dimensi ,yaitu mitis, ontologis, dan fungsionalis.

Dimensi mitis

san-fermin-pamplona-navarra-0D7Wtqhe-AQ-unsplash

Tahap ini ditandai ketika manusia percaya bahwa dalam kehidupannya mereka dikelilingi oleh gaya atau kekuatan-kekuatan yang ada di sekeliling mereka. Dimensi ini disebut juga ekosentris yaitu pandangan mengenai dimana hidup manusia berintegrasi dengan alam dan hidupnya dikendalikan oleh alam. Pada dimensi ini pondasi berpikir manusia didasari dari sudut pandang mitis.

Misalnya, ketika terjadi bencana alam gunung meletus, persepsi masyarakat mengenai bencana tersebut disebabkan karena sang penunggu gunung tersebut marah, disebabkan perbuatan buruk yang dilakukan manusia

Selain itu, pondasi dibentuknya peradaban pada dimensi mitis ini didasarkan pada hal-hal yang berbau mitis dan metafisika, bukan berdasarkan nalar dan logika. Misalnya tatanan hukum atau norma dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, semua itu dibuat berdasarkan hal mistis. Bahkan, pembuatan arsitektur bangunan pun juga berlandaskan hal mistis.

Contohnya adanya larangan menggunakan baju hijau ke pantai selatan, dikhawatirkan akan diculik Nyai Roro Kidul. Atau pembuatan candi prambanan yang ternyata dibuat oleh pasukan jin dalam waktu satu malam.

Dari contoh di atas bisa disimpulkan bahwa pradigma masyarakat dan pondasi berpikirnya didasari hal-hal mitis. Hal itu dikarenakan, kemampuan manusia pada masa itu dalam menerjemahkan bahasa alam dan berfilsafat yang menghasilkan buah pikiran bahwa manusia adalah bagian dari alam dan hidup dikendalikan oleh alam (ekosentrisme).

Mungkin, kita berpikir bahwa dangkal sekali pemikiran manusia pada masa itu karena landasan berpikirnya tidak menggunakan logika. Namun, jika kita melihat hasil buah peradaban dari dimensi mitis ini jauh melampaui peradaban modern saat ini. Seperti Pyramid di Mesir, Candi Borobudur, Kuil Suku Aztec, Situs Gunung Padang dan peninggalan lainnya.

Jadi apakah tahap dimensi mitis ini merupakan tahap kemunduran atau kemajuan bagi peradaban manusia?

Dimensi Ontologis

giammarco-boscaro-zeH-ljawHtg-unsplash

Tahap ini ditandai ketika manusia sudah mulai menggunakan logika sebagai pijakan untuk berpikir. Tahap ini manusia sudah terbebas dari kekuasan mitis dan berani untuk menguji suatu hal secara konkret. Dimensi ini disebut juga dengan nama antroposentrisme yaitu suatu pandangan yang berpendapat bahwa manusia sebagai mahluk istimewa dan mempunyai kuasa untuk mengendalikan alam.

Misalnya, perspektif manusia menyikapi bencana banjir bukan karena dewa penguasa air marah melainkan sebab terjadinya banjir kerena penyumbatan sampah yang terjadi pada sungai atau mungkin karena air bah dari laut

Dari contoh tersebut bisa dilihat bahwa manusia sudah mulai menggunakan logika sebagai bahan pijakan dalam berpikir.

Seiring berjalannya waktu sisi peradaban dan ilmu pengetahuan pun mulai berubah dengan masuknya tahap ontologis ini. Hal ini ditandai dengan munculnya ilmu filsafat yang nantinya memunculkan ilmu lainnya seperti fisika, kimia, matematika, humaniora, seni, politik dan lain-lain.

Kebanyakan peninggalan dari dimensi ontologis berupa penemuan dan ilmu pengetahuan seperti penemuan mesin uap yang menjadi awal terjadinya revolusi industri, penemuan pesawat, penemuan telpon dan penemuan lainnya. Dibidang pengetahuan pun juga memunculkan hukum gravitasi, konsep trigonometri, algoritma, aljabar, ilmu psikologi dan ilmu pengetahuan lainnya.

Dimensi Fungsionalis

ant-rozetsky-SLIFI67jv5k-unsplash

Di dimensi ini ditandai dengan sikap dan kondisi pikiran sudah tidak terkesan lagi dengan hal disekitarnya. Manusia sudah jauh dari alam. Bahkan, alam tidak hanya sekedar dijadikan objek, tetapi telah menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan manusia agar hidupnya nyaman. Tahap ini ditandai dengan revolusi industri di dunia dan manusia memperlakukan alam dengan mengeksplorasinya secara berlebihan.

Pada dimensi ini pula yang nantinya memunculkan budaya materialisme dan kapitalisme. Budaya materialisme muncul karena pada hakikatnya manusia memerlukan hal yang ese nsial agar manusia bisa terus hidup seperti makanan, pakaian, dan uang. Namun, untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia memerlukan cara untuk mencapainya.

Dari sinilah muncul paham kapitalisme (pasar bebas) yang di kemukakan oleh Adam Smith. Semua indiviu bebas melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya selama tidak melanggar hak individu lainnya. Paham kapitalisme terbentuk karena tututan pasar (kebutuhan manusia) yang semakin lama semakin meningkat, hingga akhirnya pradgma berfikir manusia di dimensi ini memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan (pasar) manusia dengan mempertimbangkan sisi fungsi.

Misalnya, Terjadinya revolusi idustri karena kebutuhan pasar yang semakin meningkat, sehingga pabrik hanya membuat produk sesuai permintaan pasar

Salah satu bentuk peninggalan pada dimensi ini adalah terciptanya berbagi macam jenis hasil produksi. Namun, hasil produksi tersebut dibuat sesuai keinginan pasar (masal) bukan karena hasil cipta dan karsa manusia. Landasan berpikirnya pun cenderung ke arah materialisme.

Jadi itulah 3 inti dari teori van peursen, sebenarnya masih luas lagi konsepnya, hanya saja saya meresume apa yang kemarin papa nando sampaikan.

Sekian dari saya, Waullahul Muafiq

--

--